Kelas/Pok
: A / 11 Hari/jam
: Senin/12:30-14:10
LINGKUNGAN ERGONOMI TATA RUANG KANTOR
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
Kuliah:
Managemen Perkantoran
Naskah diserahkan
tgl:
Didiskusikan tgl :
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
BULAN FEBRUARI 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dalam zaman seperti sekarang ini
sudah banyak sekali instansi-instansi atau perusahaan yang menggunakan sistem
penilaian karyawan itu dengan melihat hasil kinerjanya, akan tetapi dalam
sebuah perusahaan atau instansi jika tidak memahami didalam lingkungan karyawan
yang sedang bekerja akan menyebabkan hasil yang tidak bagus dan karyawan juga
tidak merasakan kenyamanan pada saat melaksakan tugasnya.
Dalam ruang lingkup berorganisasi di sebuah lembaga,
badan atau instansi, tidak sedikit terjadinya ketidaksesuaian dalam
berinteraksi. Ketidaksesuaian atau ketidakselarasan di sini berarti ada atau
munculnya suatu perbedaan dalam cara pandang, sikap, pemikiran yang
mempengaruhi berkaitan dengan lingkungan dan tata kerja kantor dalam memimpin
sehingga muncul atau timbulnya percekcokan, perselisihan, dan pertentangan
alias dipandang sebagai suatu permasalahan karena tidak sesuai dengan situasi
dan kondisi.
Ergonomi secara luas telah dikenal, namun tidak
serta merta membawa pengaruh secara langsung, sebab perilaku seseorang tidak
bersifat tetap dan memerlukan perubahan yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Ergonomi ?
2. Bagaimana
pendekatan dan manfaat Ergonomi?
3.
Bagaimana
tata ruang kantor?
4.
Bagaimana
prinsip-prinsip tata ruang kantor yang Efektif?
5.
Bagaimana
bentuk dan asas tata ruang kantor?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mampu
memahami makna dari Ergonomi
2. Untuk
mengetahui pendekatan dan manfaat Ergonomi
3. Untuk
mengetahui sistem tata ruang Kantor
4. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip tata ruang kantor
5. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk dan asas tata ruang Kantor
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ergonomi
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan Ergonomi adalah: (1) Penyerasian
antara pekerja, jenis pekerjaan, dan lingkungan; (2) tata kerja; (3) ilmu
tentang hubungan di antara manusia, mesin yang digunakan, dan lingkungan
kerjanya.[1]
Ergonomi berasal dari kata “ergo”
atau gerak/kerja, dan “nomos” (alamiah) yaitu gerakan yang efektif,
efesien, nyaman, aman tidak menimbulkan kelelahan dan kecelakaan sesuai
kemampuan tubuh tetapi mendapatkan hasil kerja yang lebih optimal.
Ergonomi merupakan suatu disiplin
ilmu yang berhubungan dengan pemahaman tentang interaki anatar manusia dan
unsur lainnya dari suatu sistem, serta profesi yang menerapkan teori, prinsip,
dan metode dalam mendisain suatu sistem sehingga dapat mengoptimalkan kinerja
manusia dan sistem secara keseluruhan.
Berdasarkan pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa yang disebut ergonomi merupakan study gerakan yang
efektif dan efesien untuk menyerasikan kemampuan tubuh manusia, pekerjaan, dan
lingkungan kerjanya, sehingga dapat menghasilkan kinerja dan produkvifitas
kerja yang lebih optimal. Pendekatan ilmu ergonomi juga dapat digunakan utuk
perancangan tata ruang kantor, yaitu dengan menciptakan terjadinya keserasian
antara pegawai dengan sistem kerja atau dapat dikatakan bahwa sistem kerja
harus menjadikan pegawai dapat bekerja dengan nyaman.[2]
B.
Pendekatan dan manfaat Ergonomi
Permasalahan yang berkaitan dengan
faktor Ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pegawai
dengan lingkungan pekerjaannya secara menyeluruh, termasuk peralatan kerja yang
digunakan oleh pegawai tersebut. penerapan Ergonomi dapat dilakukan melalui dua
pendekatan, yaitu :
1.
Pendekatan
Kuratif
Dilakukan
pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa
intervensi, perbaikan, atau modifikasi proses yang sedang atau sudah berjalan. Sasaran
kegiatan ini adalah kondisi kerja dan libgkungan kerja dan dalam pelaksanaannya
harus melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang
berlangsung.
2.
Pendekatan konseptual
Dikenal
sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan
pada saat perencanaan. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan pendekatan
teknologi tepat guna, pendekatan konseptual ini dilakukan sejak awal
perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam proses
kerja selanjutnya pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.[3]
Banyak manfaat yang
diperoleh organisasi jika mampu mengimplementasikan Ergonomi dengan optimal,
diantaranya:
1.
Meningkatkan
unjuk kerja, seperti : menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja,
mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
2.
Mengurangi
waktu, biaya pelatihan dan pendidikan
3.
Mengoptimalkan
pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang
diperlukan.
4.
Mengurangi
waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan perlatan yang disebabkan
kesalahan manusia.
5.
Meningkatkan
kenyamanan karyawan dalam bekerja.
C.
Tata ruang Kantor
Tata ruang dalam bahasa inggris disebut
dengan “office layout” terdapat beberapa definisi tentang tata ruang
kantor menurut para ahli, Quible (Gie, 2007:161) menyatakan bahwa tata ruang
kantor menjelaskan bagaimana penggunaan ruang secara efektif serta mampu
memberikan kepuasan kepada pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukan, maupun
memberi kesan yang mendalam bagi pegawai. Sedangkan Terry (soetrisno dan
brisma, 2009:23) menyatakan bahwa tata ruang kantor adalah penentuan mengenai
kebutuhan-kebutuahan dalam penggunaan ruang secara terperinci, untuk menyiapkan
suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi
pelaksanaan pekerjaan kantor dengan biaya yang layak.[4]
Para psikolog berpendapat bahwa
lokasi fisik atau tata ruang tempat oranng bekerja mempunyai pengaruh terhadap
sikap, produktivitas dan inetraksi dengan sekkitarnya. Ruang kantor modern saat
in dirancang dan di bangun sesuai deangaan pemikiran tersebut dan pengembangan
interior ruang serta teknologi serta alat-alat kantor. Miller menjelaaskan
bahwa kantor yang kita kenal saat ini sudah berumuur lebih dari seratus tahun.
Pada mulnya kantor adalah sekumpulan orang yang bekerja dalam satu ruangan yang
penuh, memakai pena dan tinta untuk menulis dengan tangan dalam buku-buku
besar, para pegawai megerjakan hitungan yang rumit, tanpa mesin tik dan mesin
hitung, meja kantor yang seadanya, alat-alat produksi memliki sedikit
pemgertian mengenai pengaruh lokasi serta kenyamanan bagi para personil yang
bekerja. [5]
Tata ruang kantor yang Ergonomi
menurut wingjosoebroto (2003: 74) adalah pengturan dan tata letak fasilitas
kerja untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang efisien seperti halnya dengan
pengaturan gerakan material handling dan disesuaikan dengan aliran
kegiatan dan gerakan yang efisien. Jadi yang di maksud tata ruang kantor yang
ergonomi adalah pengaturan tempat kerja, penyusunan perabot dan perlengkapan dengan menggunkan gerakan
yang efektif,efisien, nyaman dan aman, disesuaikan juga dengan kebutuhan tubuh
manusia, pekerjaan, dan llingkugan kerjanya sehingga menddapatkan kerja yang
lebih optimal.
Gie (2000:186) menambahkan bahwa
tata ruang kantor yang ergonomi adalah peraturan menegenai kebutuhan-kebutuhan ruang
dan tentang penggunaan secara terperinci dari ruang ini untuk menyiapakan suatu
susunan yang peraktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi
pelaksanaan kerja perkantoran.[6]
Gie (2007:162) menyatakan bahwa
penyusunan tata ruang kantaor harus berdasarkan aliran pekerjaan kantor,
sehingga perencanaan ruangan kantor dapat membantu para pekerja dalam
memningakatkan produktivitas. Apalagi peraturan tata ruang kantor yang baik
akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai bereikut:
1.
Mencegah
penghamburan tenaga dan waktu para pegawai karena berjalan para pegawai, karena
berjalan mondar-mandir yang sebelumnya
tidak perlu.
2.
Menjamin
kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan
3.
Memmungkinkan
pemakaian ruang kerja secara efisien, yaitu suatu luas lantai tertentu dapat
diperggunakan untuk keperluan yang sebanyak-banyaknya
4.
Mencegah
para pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan memenuhi suatu
bagian tertentu.
Manfaat
Tata ruang kantor
a.
Mengoptimalkan
penggunaan ruang yang ada secara efektif
b.
Mengembangkan
lingkungan kerja bagi pegawai
c.
Memberiakan
kesan yang positif terhadap perusahaan
d.
Menjamin
efisiensi dari arus kerja yang ada
e.
Meningkatkan
produktifitas kerja pegawai
f.
Mengantisipasi
pengembangan organisasi dimasa depan dengan melakukan perncanaan tata ruang yang fleksibel.
Quible
(2001), mengungkapkan berapa faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan
tata ruang kantor:
1.
Tugas
pegawai : mempengaruhi fasiliitas kantor yang dibutuhkan guna meningkatkan
kjinerja
2.
Arus
kerja: mengacu pada pergerakan informasi dan tugas secara horizontal vertikal.
Yang efisien
3.
Bagan
Organisasi: bagan menunjukan lokasi yang tepat bagi para pegawai
4.
Proyeksi
kebutuhan tenanga kerja di masa datang: perluasan atau pengurangan pegawai di
masa depan
5.
Jaringan
komunikasi: anallisis bentuk interaksi ataupun media yang digunakan untuk
berkonmunikasi
6.
Dapertemen
dalam organisasi: penempatan dapertemen sesuai arus kerja
7.
Kantor
publik dan privat: pemanfaatan kantor bersama untuk efisieansi biaya
8.
Kebutuhan
ruang: jenis peraltan maupun tanggung jawab masing-masing pegwai mempengaruhi
kebutuhan ruang.
9.
Pertimbangan
keamanaan: pergerakan dalam keamanan kerja bagi pergawai juga harus di
pertibangkan
10.
Pembiayaan
ruang perkantoran: biaya untuk peralatan kantor.[7]
Ada beberapa
area khusus yang harus diperhatikan dalam merencanakan tata ruang perkantoran,
yaitu:
a.
Reception
Area
b.
Ruang
Konferensi
c.
Ruang
komputer
d.
Ruang
persuratan
e.
Ruang
penggandaan
f.
Area
surat penyimpanan
Faktor-faktor
yang harus di perhatikan dalam dalam memiliah peralatan kantor, yang Quible
(2001) diklasifikasikan menjaadi tiga, yaitu pertimbangan peralatan, penjual,
dan perawatan. Pertimbangan pertama karena hal itu berkaitan langsung dengan
tata ruang kantor, adalah sebagai berikut:[8]
1.
Tujuan
penggunaan peralatan
2.
Menentukan
peralatan yang sesuai
3.
Tingkat
kegunaan peralatan
4.
Spesifikasi
peralatan
5.
Biaya
peralatan
6.
Proses
operasional peralatan
7.
Fitur
keamanan
8.
Fleksibilitas
peralatan
9.
Kemudahan
peralatan penggunaan
10.
Kecepatan
operasi peralatan
11.
Masukan
dari operator peralatan
12.
Standarisasi
peralatan
Faktor kedua
yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan tat ruang adalah furnitur kantor.
Berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Anjum, Paul, dan Ashcroft (2005)
yang melibatkan 3000 pegawai kantor di inggris dan skotlandia, pegawai yang
tidak puas akan penataan furnitur di kantornya relatif banyak dan dilaporkan
sebagai berikut:[9]
a.
Kursi,
diamana pegawai yang tidak puas mencapai 16%, sedangkan yang sangat luas
mencapai 56%, dan sisanya cukup puas.
b.
Meja
kerja, di mana hampir 56% puas dengan ketinggian, lebar, dan panjang meja yang
dimiliki.
c.
Filling
cabinet, menunjukan lebih dari 44% responden tidak puas akan lemari file yang
dimilikinya, dan hanya 22% yang sangat puas.
d.
lemari
penyimpanan, menunjuka hasil yang sama dengan filing cabinet dimana 38%
responden tidak puas dengan yang ada pada saat ini.
D.
Prinsip-prinsip Tata ruang Kantor
Melanjutkan pada pembahasan sebelumnya, pada prinsip-prinsip
tata ruang kantor ini berkaitan dengan Human Factors. Hal ini bergantung kepada upaya manusia dalam rangka
melakukan kinerja seoptimal mungkin dengan cara
melalukan sesuatu yang terbaik yang berkenaan atau bergantung dengan
manusia, peralatan, bahan, produk, serta lingkungan tempat kerja yang termasuk
dalam komponen ergonomi tersebut.
Pada prinsip-prinsip tata ruang
kantor, dalam hal ini diharapkan mampu mengembangkan beberapa alternatif
rancangan atau dengan kata lain suatu langkah pilihan yang bijaksana untuk
dievaluasi diukur berdasarkan atas teknik pengukuran sistem kerja yang baik.
Hal ini mempengaruhi bagaimana kualitas daripada perancangan tata ruang kantor
yang mengacu kepada prinsip-prinsipnya.
Menindaklanjuti akan hal itu, maka
di sinilah ada beberapa prinsip penataan sistem kerja yang berkenaan dengan
manusia. Adapun di antaranya asas-asas tata ruang kantor ialah sebagai berikut
ini:
a.)
Aspek
Fisik
“Aspek Fisik dari
sistem kerja manusia umumnya ditentukan berdasarkan kemampuan diri pekerja dari
kesesuaian beban kerja dan konsumsi energi tubuh manusia, dan gerakan kerja”[10]
Mencermati dari
pendapat di atas, maka aspek fisik ini sangat penting dan berperan dalam aspek
pemenuhan kebutuhan fisik pekerja. Dalam hal ini, Kohar Sulistyadi dan Sri Lisa
Susanti (2003: 92) menyatakan bahwa aspak fisik diklasifikasikan menjadi dua
bagian, yakni energi tubuh dan beberapa gerakan kerja.
(1)
Energi
Tubuh
Meliputi
pembebanan tugas pada pekerja yang seyogyanya disesuaikan dengan konsumsi
makanan yang diberikan oleh pekerja. Hal ini menyangkut beberapa pengelompokkan
kerja serta kebutuhan energi yang diperkukan pada kriteria sebagai berikut:
Misalnya, pekerja
ringan sekali memerelukan energi 2.400 kalori. Berbeda dengan pekerja ringan
yang memerlukan energi sebanyak 2.700 kalori. Jelas pekerja menengah
kebutuhannya meningkat menjadi 3.000 kalori dan yang terakhir para pekerja
berat tidak dapat menyesuaikan kebutuhan energi kalori dari para pekerja
tersebut. Setidaknya, pekerja berat memerlukan energi sebanyak 3.600 kalori.
(2)
Beberapa
Gerakan
Selanjutnya,
beban kerja yang optimal dilakukan tubuh manusia seyogyanya diterapkan
berdasarkan kemampuan organ tubuh secara berimbang.
b.)
Aspek
Sosio – Psikologis.
Pinsip-prinsip tata Ruang yang Efektif, menurut Martinez (1990) dan
Quible (2001) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guna mendesain tata
ruang kantor yang efektif, antara lain:[11]
1.
Menanalisis
hubungan antara peralatan, antara informasi dan pegawai dalam arus kerja
2.
Mengondisikabn
arus kerja agar bergerak dalam bentuk garis lurus dan memanimalisir kemungkinan
terjadinya crisscrossing dan backtracking
3.
Pegawai
maupun tim kerja yang melakukan pekerjaan serupa harus ditempatkan dalam area
yang berdekatan.
4.
Pegawai
maupun devisi yang berhubungan dengan publik harus ditempatkan berdekatan
dengan pintu masuk kantor.
5.
Pegawai
maupun tim kerja yang membuthkan konsentrasi harus ditempatkan diruang kerja
yang suasananya lebih tenang
6.
Alokasi
ruang harus berdasarkan posisi, pekerjaan yang dilakukan dan peralatan khusus
yang diperlukan masing-masing individu.
7.
Furnitur
dan peralatan haru sesuai dengan kebutuhan
8.
Lorong
harus nyaman dan lebar untuk mengantisipasi pergerakan yang efisien dari
pekerja
9.
Pertimbangan
keamanan harus deberikab prioritas tinggi.
10. Area terbuka yang besar lebih efisien dibandingkan ruang kecil yang
tertutup
11. Provisi yang tepat bagi pencahayaan, dekorasi, AC, kelembaban da
kontrol suara.
12. Memperhatikan kebutuhan perluasan kantor di masa datang
13. Pekerjaan harus datang pada pegawai, bukan sebaliknya.
E.
Bentuk dan asas tata ruang Kantor
Layout kantor terkadang ditata melibatkan peran konsultan desain
interior kantor, bahkan melibatkan para pegawai. Oleh karena itu para ahli
membagi tata ruang kantor secara garis besar ke dalam empat bagaian:
1.
Tata
Ruang Kantor Tertutup (private offices)
Tata ruang kantor denagan dengan penempatan ruang kantor yang
dipisah/dibagi ke dalam ruang-ruang kerja. Biasanya digunakan untuk pekerjaan
dengan kerahasiaan yang tinggi (high confidential). Keuntungan konsep
ini dalah pegawai dapat berkonsentrasi dengan baik, rasa bertanggung jawab
terhadap ruangan dan pimpinan lebih tenang mengerkaan tugasnya karena tidak
terganggu oleh pegawai. Kerugian konsep ini adalah komunikasi langsung antar
karyawan tidak lancar, membutuhakn biaya pemeliharaan dan kebersihan ruangan
kurang fleksibel bila terjadi perubahan ruangan, serta sulit mengawasi pegawai
karena terhalang oleh sekat. Konsep ini banyak di pakai di kantor –kantor
pemerintah provinsi, ksbupsten/kota, dan kementrian-kementrian termasuk
kementrian agama.[12]
2.
Tata
Ruang Kantor terbuka (open-plane-offices)
Tata ruang kantor dengan tata ruangan yang besar dan ditempati
beberapa pegawai tanpa dipisah. Keuntungan konsep ini adalah memudahkan dalam
pengawasan, komunikasi antar pegawai lebih cepat, memperlancar arus pekerjaan
dari satu meja ke meja lainnya tanpa harus mondar-mandir, pengaturan cahaya,
warna dan dekorasi, dan memudahkan untuk melakukan perubahan atau renovasi
ruangan deangan biaya yang tidak mahal. Kerugian konsep ini adalah timbulnya
kegaduhan/kebisingan dari para pegawai yang bersebelahan, kerahasiaan bagi
pekerjaan yang rahasia kurang terjamin, tumpukan kertas dan peralatan kerja
menimbulkan pemandangan yang kurang menarik dan ketenangan kerja pimpinan lebih
terganggu dibanding dengan ruang tertutup. Konsep atau bentuk tata ruang ini
banyak dipakai oleh kantor-kantor pemerintah pusat maupun daerah.
3.
Tata
Ruang berpanorama (landscape offices)
Tata ruang kantor yang dihiasi oleh taman. Ruangan diupayakan agar
memiliki pemandangan alam terbuka dan merupakan benar-benar lingkungan yang
nyaman dan menyenangkan. Keuntungan konsep ini adalah pegawai merasa nyaman dan
betah bekerja dalam ruangan yang demikian, ketegangan urat syaraf menjadi
berkurang dan menambah udara segar karena siang hari tanaman mengeluarkan
oksigen yang demikian adalah mahal dan menggunakan tenaga ahli. Konsep ini
banyak dipakai di kantor-kantor Bank,
BUMN dan kantor-kantor perusahaan swasta.
4.
Tata
ruang kantor bersekat/terpisah (cellular offices)
Tata ruang kantor yanng diberi sekat-sekat denngan ukuran yang
bervariatif untuk suatu bidang, bagian, subbagian atau seksi atau beberapa
pegawai dengan ruang yang terpisah.[13]
Masih
berkaitan tentang tata ruang kantor, apabila ditinjau dari ruang lingkup
kantor, maka tata ruang kantor dapat dibedakan dalam beberapa bagian, yaitu:
a.
Tata
ruang pribadi (private office )
Tata ruang pribadi digunakan untuk berbagai alasan seperti prestise
dan status. Misalnya ruang pimpinan. Selain itu pegawai memerlukan private
office apabila membutuhkan ruangan yang sepi dan berkonsentrasi dalam
pekerjaan atau pegawai yang bekerja dengan menggunakan alat-alat atau material
yang mahal sehingga memerlukan ruangan tersendiri.
b.
Tata
Ruang Antar Bagian
1.
General
office Area
General office Area
lebih banyak disukai dari pada private office. Hal tersebut dilakukan
jika:
·
Biaya
pembuatan private area diraskan lebih mahal
·
Membutuhkan
kemudahan dalam pengawasan secara langsung terhadap bawahan
·
Suatau
saat dimungkinkan adanya perubahan lay out.
·
Tidak
ingin disulitkan oleh pengturan penerangan, sirkulasi udara, alat komunikasi,
meubel, furniture.
·
Keterkaitan
pekerjaan pelayanan terhadap administrasi tinggi
·
Adanya
asas kbersamaan yang cukup tinggi
·
Adanya
asas kebersaaan yang cukup tinggi dan memudahkan
2.
Private
office area
Misalnya ruang rapat atau ruang konferensi, ruang tamu, ruang
pelayanan dan sebagainya.
3.
Service
Area
Biasanya tempat yang kotor atau berisik. Misalnya: ruang dapur,
cafe, ruang foto kopi, ruang percetakan dan toilet.
4.
Storage
area
Digunakan untuk penyimpanan barang-barang, misalnya untuk
penyimpanan bahang-bahang mentah, barang setengah jadi dan ruang arsip.[14]
Terdapat Empat asas pokok dalam tata ruang kantor yang penting
untuk diperhatikan, yaitu:
a.
Jarak
terpendek
Asas pertama adalah asas tata ruang kantor yang mendisain tempat
kerja pegawai dan penempatan alat-alat diletakkan dalam jarak yang dekat dan
sependek munngkin, sehingga menyelesaikan prose penyelasaian suatu pekerjaan
kantor dapat dilakukan dengan cepat.
b.
Rangkain
kerja
Asas yang kedua adalah menempatkan para pegawai dan alat-alat
kantor yang akan di gunakan menurut rangkaian yang sejalan dengan urutan-urutan
penyelesaian pekerjaan kantor dari pegawai yang bersangkutan.
c.
Penggunaan
segenap ruangan yang ada
Asas ketiga adalah asas yang digunakan sepenuhnya semua ruang yang
ada. Di kantor jangan dibiarkan ada ruangan yang kosong karena alasan kelebihan
ruanngan.
d.
Perubahan susunan tempat kerja
Asas ke empat adalah asas tata ruang yang mudah diubah atau disusun
kembali dan perubahannya tidak terlampau sukar serta tidak memakan biaya yang
besar.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Priansa,Donni junni; Agus Garnida,
Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung:
Penerbit Alfabeta Bandung, 2013),278 hlm
Irra Chrisyanti Dewi, S.Pd.,M.SM.Managemen
perkantoran.(Jakarta: Penerbit PT.
Prestasi Pustakaraya,2011),286 hlm
Sukoco,Badri munir. Managemen
administrasi perkantoran modern.(Jakarta: Erlangga,2007),231 hlm
Sutalaksana, Ergonomi: Faal
Kerja, Prosiding Lokakarya II, Pengengembangan Pengajaran Methods Engineering,
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, (Bandung: Teknik
Industri Institut Teknologi Bandung Press, 1995)
Rahmawati.Managemen perkantoran.(Yogyakarta:
geraha ilmu,20014),86 hlm
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
[2] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif,
Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm.
112-113
[3] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif,
Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm.
115-116
[4] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif,
Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm.
116-117
[5] Irra Chrisyanti Dewi, S.Pd.,M.SM.Managemen perkantoran.(Jakarta:
Penerbit PT. Prestasi Pustakaraya,2011),
hlm. 61
[6] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen
Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta
Bandung, 2013), hlm. 126
[8] Badri munir Sukoco Managemen administrasi
perkantoran modern.(Jakarta: Erlangga,2007) hlm 199-200
[9] Badri munir Sukoco Managemen administrasi
perkantoran modern.(Jakarta: Erlangga,2007) hlm 200-201
[10] Sutalaksana, Ergonomi: Faal Kerja,
Prosiding Lokakarya II, Pengengembangan Pengajaran Methods Engineering,
Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, (Bandung: Teknik
Industri Institut Teknologi Bandung Press, 1995), hlm. 21.
[12] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen
Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta
Bandung, 2013), hlm. 122-123
[14] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen
Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta
Bandung, 2013), hlm. 124
[15] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen
Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta
Bandung, 2013), hlm. 125