Kamis, 02 Maret 2017

makalah ergonomi tata ruang kantor

Kelas/Pok : A / 11                                                                   Hari/jam : Senin/12:30-14:10

LINGKUNGAN ERGONOMI TATA RUANG KANTOR
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
Kuliah:  Managemen Perkantoran
 
Text Box: Nama:
1. Nur  Diana Kholidah 154900.. NPK:36
2. Ida Roidah  15490091 NPK:40
3. Fina Fadia  154900.. NPK:
4.




Naskah diserahkan tgl:                                                                                                                                                Didiskusikan tgl          :


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
 BULAN FEBRUARI 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dalam zaman seperti sekarang ini sudah banyak sekali instansi-instansi atau perusahaan yang menggunakan sistem penilaian karyawan itu dengan melihat hasil kinerjanya, akan tetapi dalam sebuah perusahaan atau instansi jika tidak memahami didalam lingkungan karyawan yang sedang bekerja akan menyebabkan hasil yang tidak bagus dan karyawan juga tidak merasakan kenyamanan pada saat melaksakan tugasnya.
Dalam ruang lingkup berorganisasi di sebuah lembaga, badan atau instansi, tidak sedikit terjadinya ketidaksesuaian dalam berinteraksi. Ketidaksesuaian atau ketidakselarasan di sini berarti ada atau munculnya suatu perbedaan dalam cara pandang, sikap, pemikiran yang mempengaruhi berkaitan dengan lingkungan dan tata kerja kantor dalam memimpin sehingga muncul atau timbulnya percekcokan, perselisihan, dan pertentangan alias dipandang sebagai suatu permasalahan karena tidak sesuai dengan situasi dan kondisi.
Ergonomi secara luas telah dikenal, namun tidak serta merta membawa pengaruh secara langsung, sebab perilaku seseorang tidak bersifat tetap dan memerlukan perubahan yang lebih baik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Ergonomi ?
2.      Bagaimana pendekatan dan manfaat Ergonomi?
3.      Bagaimana tata ruang kantor?
4.      Bagaimana prinsip-prinsip tata ruang kantor yang Efektif?
5.      Bagaimana bentuk dan asas tata ruang kantor?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Untuk mampu memahami makna dari Ergonomi
2.      Untuk mengetahui pendekatan dan manfaat Ergonomi
3.      Untuk mengetahui sistem tata ruang Kantor
4.      Untuk mengetahui prinsip-prinsip tata ruang kantor
5.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan asas tata ruang Kantor


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Ergonomi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan Ergonomi adalah: (1) Penyerasian antara pekerja, jenis pekerjaan, dan lingkungan; (2) tata kerja; (3) ilmu tentang hubungan di antara manusia, mesin yang digunakan, dan lingkungan kerjanya.[1]
Ergonomi berasal dari kata “ergo” atau gerak/kerja, dan “nomos” (alamiah) yaitu gerakan yang efektif, efesien, nyaman, aman tidak menimbulkan kelelahan dan kecelakaan sesuai kemampuan tubuh tetapi mendapatkan hasil kerja yang lebih optimal.
Ergonomi merupakan suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan pemahaman tentang interaki anatar manusia dan unsur lainnya dari suatu sistem, serta profesi yang menerapkan teori, prinsip, dan metode dalam mendisain suatu sistem sehingga dapat mengoptimalkan kinerja manusia dan sistem secara keseluruhan.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang disebut ergonomi merupakan study gerakan yang efektif dan efesien untuk menyerasikan kemampuan tubuh manusia, pekerjaan, dan lingkungan kerjanya, sehingga dapat menghasilkan kinerja dan produkvifitas kerja yang lebih optimal. Pendekatan ilmu ergonomi juga dapat digunakan utuk perancangan tata ruang kantor, yaitu dengan menciptakan terjadinya keserasian antara pegawai dengan sistem kerja atau dapat dikatakan bahwa sistem kerja harus menjadikan pegawai dapat bekerja dengan nyaman.[2]

B.     Pendekatan dan manfaat Ergonomi
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor Ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pegawai dengan lingkungan pekerjaannya secara menyeluruh, termasuk peralatan kerja yang digunakan oleh pegawai tersebut. penerapan Ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu :
1.      Pendekatan Kuratif
Dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi, perbaikan, atau modifikasi proses yang sedang atau sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan libgkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.
2.      Pendekatan  konseptual
Dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Pendekatan ini dikenal dengan pendekatan pendekatan teknologi tepat guna, pendekatan konseptual ini dilakukan sejak awal perencanaan dengan mengetahui kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.[3]
                        Banyak manfaat yang diperoleh organisasi jika mampu mengimplementasikan Ergonomi dengan optimal, diantaranya:
1.      Meningkatkan unjuk kerja, seperti : menambah kecepatan kerja, ketepatan, keselamatan kerja, mengurangi energi serta kelelahan yang berlebihan.
2.      Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan pendidikan
3.      Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya manusia melalui peningkatan keterampilan yang diperlukan.
4.      Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia dan meminimalkan kerusakan perlatan yang disebabkan kesalahan manusia.
5.      Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.

C.    Tata ruang Kantor
Tata ruang dalam bahasa inggris disebut dengan “office layout” terdapat beberapa definisi tentang tata ruang kantor menurut para ahli, Quible (Gie, 2007:161) menyatakan bahwa tata ruang kantor menjelaskan bagaimana penggunaan ruang secara efektif serta mampu memberikan kepuasan kepada pegawai terhadap pekerjaan yang dilakukan, maupun memberi kesan yang mendalam bagi pegawai. Sedangkan Terry (soetrisno dan brisma, 2009:23) menyatakan bahwa tata ruang kantor adalah penentuan mengenai kebutuhan-kebutuahan dalam penggunaan ruang secara terperinci, untuk menyiapkan suatu susunan yang praktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan pekerjaan kantor dengan biaya yang layak.[4]
Para psikolog berpendapat bahwa lokasi fisik atau tata ruang tempat oranng bekerja mempunyai pengaruh terhadap sikap, produktivitas dan inetraksi dengan sekkitarnya. Ruang kantor modern saat in dirancang dan di bangun sesuai deangaan pemikiran tersebut dan pengembangan interior ruang serta teknologi serta alat-alat kantor. Miller menjelaaskan bahwa kantor yang kita kenal saat ini sudah berumuur lebih dari seratus tahun. Pada mulnya kantor adalah sekumpulan orang yang bekerja dalam satu ruangan yang penuh, memakai pena dan tinta untuk menulis dengan tangan dalam buku-buku besar, para pegawai megerjakan hitungan yang rumit, tanpa mesin tik dan mesin hitung, meja kantor yang seadanya, alat-alat produksi memliki sedikit pemgertian mengenai pengaruh lokasi serta kenyamanan bagi para personil yang bekerja. [5]
Tata ruang kantor yang Ergonomi menurut wingjosoebroto (2003: 74) adalah pengturan dan tata letak fasilitas kerja untuk mencari gerakan-gerakan kerja yang efisien seperti halnya dengan pengaturan gerakan material handling dan disesuaikan dengan aliran kegiatan dan gerakan yang efisien. Jadi yang di maksud tata ruang kantor yang ergonomi adalah pengaturan tempat kerja, penyusunan perabot  dan perlengkapan dengan menggunkan gerakan yang efektif,efisien, nyaman dan aman, disesuaikan juga dengan kebutuhan tubuh manusia, pekerjaan, dan llingkugan kerjanya sehingga menddapatkan kerja yang lebih optimal.
Gie (2000:186) menambahkan bahwa tata ruang kantor yang ergonomi adalah peraturan menegenai kebutuhan-kebutuhan ruang dan tentang penggunaan secara terperinci dari ruang ini untuk menyiapakan suatu susunan yang peraktis dari faktor-faktor fisik yang dianggap perlu bagi pelaksanaan kerja perkantoran.[6]
Gie (2007:162) menyatakan bahwa penyusunan tata ruang kantaor harus berdasarkan aliran pekerjaan kantor, sehingga perencanaan ruangan kantor dapat membantu para pekerja dalam memningakatkan produktivitas. Apalagi peraturan tata ruang kantor yang baik akan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai bereikut:
1.      Mencegah penghamburan tenaga dan waktu para pegawai karena berjalan para pegawai, karena berjalan mondar-mandir yang sebelumnya  tidak perlu.
2.      Menjamin kelancaran proses pekerjaan yang bersangkutan
3.      Memmungkinkan pemakaian ruang kerja secara efisien, yaitu suatu luas lantai tertentu dapat diperggunakan untuk keperluan yang sebanyak-banyaknya
4.      Mencegah para pegawai di bagian lain terganggu oleh publik yang akan memenuhi suatu bagian tertentu.

Manfaat Tata ruang kantor
a.       Mengoptimalkan penggunaan ruang yang ada secara efektif
b.      Mengembangkan lingkungan kerja bagi pegawai
c.       Memberiakan kesan yang positif terhadap perusahaan
d.      Menjamin efisiensi dari arus kerja yang ada
e.       Meningkatkan produktifitas kerja pegawai
f.       Mengantisipasi pengembangan organisasi dimasa depan dengan melakukan perncanaan  tata ruang yang fleksibel.

Quible (2001), mengungkapkan berapa faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata ruang kantor:
1.      Tugas pegawai : mempengaruhi fasiliitas kantor yang dibutuhkan guna meningkatkan kjinerja
2.      Arus kerja: mengacu pada pergerakan informasi dan tugas secara horizontal vertikal. Yang efisien
3.      Bagan Organisasi: bagan menunjukan lokasi yang tepat bagi para pegawai
4.      Proyeksi kebutuhan tenanga kerja di masa datang: perluasan atau pengurangan pegawai di masa depan
5.      Jaringan komunikasi: anallisis bentuk interaksi ataupun media yang digunakan untuk berkonmunikasi  
6.      Dapertemen dalam organisasi: penempatan dapertemen sesuai arus kerja
7.      Kantor publik dan privat: pemanfaatan kantor bersama untuk efisieansi biaya
8.      Kebutuhan ruang: jenis peraltan maupun tanggung jawab masing-masing pegwai mempengaruhi kebutuhan ruang.
9.      Pertimbangan keamanaan: pergerakan dalam keamanan kerja bagi pergawai juga harus di pertibangkan
10.  Pembiayaan ruang perkantoran: biaya untuk peralatan kantor.[7]

Ada beberapa area khusus yang harus diperhatikan dalam merencanakan tata ruang perkantoran, yaitu:
a.       Reception Area
b.      Ruang  Konferensi
c.       Ruang komputer
d.      Ruang persuratan
e.       Ruang penggandaan
f.       Area surat penyimpanan

Faktor-faktor yang harus di perhatikan dalam dalam memiliah peralatan kantor, yang Quible (2001) diklasifikasikan menjaadi tiga, yaitu pertimbangan peralatan, penjual, dan perawatan. Pertimbangan pertama karena hal itu berkaitan langsung dengan tata ruang kantor, adalah sebagai berikut:[8]
1.      Tujuan penggunaan peralatan
2.      Menentukan peralatan yang sesuai
3.      Tingkat kegunaan peralatan
4.      Spesifikasi peralatan
5.      Biaya peralatan
6.      Proses operasional peralatan
7.      Fitur keamanan
8.      Fleksibilitas peralatan
9.      Kemudahan peralatan penggunaan
10.  Kecepatan operasi peralatan
11.  Masukan dari operator peralatan
12.  Standarisasi peralatan

Faktor kedua yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan tat ruang adalah furnitur kantor. Berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Anjum, Paul, dan Ashcroft (2005) yang melibatkan 3000 pegawai kantor di inggris dan skotlandia, pegawai yang tidak puas akan penataan furnitur di kantornya relatif banyak dan dilaporkan sebagai berikut:[9]
a.       Kursi, diamana pegawai yang tidak puas mencapai 16%, sedangkan yang sangat luas mencapai 56%, dan sisanya cukup puas.
b.      Meja kerja, di mana hampir 56% puas dengan ketinggian, lebar, dan panjang meja yang dimiliki.
c.       Filling cabinet, menunjukan lebih dari 44% responden tidak puas akan lemari file yang dimilikinya, dan hanya 22% yang sangat puas.
d.      lemari penyimpanan, menunjuka hasil yang sama dengan filing cabinet dimana 38% responden tidak puas dengan yang ada pada saat ini.

D.    Prinsip-prinsip Tata ruang Kantor
Melanjutkan pada pembahasan sebelumnya, pada prinsip-prinsip tata ruang kantor ini berkaitan dengan Human Factors. Hal ini  bergantung kepada upaya manusia dalam rangka melakukan kinerja seoptimal mungkin dengan cara  melalukan sesuatu yang terbaik yang berkenaan atau bergantung dengan manusia, peralatan, bahan, produk, serta lingkungan tempat kerja yang termasuk dalam komponen ergonomi tersebut.
            Pada prinsip-prinsip tata ruang kantor, dalam hal ini diharapkan mampu mengembangkan beberapa alternatif rancangan atau dengan kata lain suatu langkah pilihan yang bijaksana untuk dievaluasi diukur berdasarkan atas teknik pengukuran sistem kerja yang baik. Hal ini mempengaruhi bagaimana kualitas daripada perancangan tata ruang kantor yang mengacu kepada prinsip-prinsipnya.        
            Menindaklanjuti akan hal itu, maka di sinilah ada beberapa prinsip penataan sistem kerja yang berkenaan dengan manusia. Adapun di antaranya asas-asas tata ruang kantor ialah sebagai berikut ini:
a.)    Aspek Fisik
            “Aspek Fisik dari sistem kerja manusia umumnya ditentukan berdasarkan kemampuan diri pekerja dari kesesuaian beban kerja dan konsumsi energi tubuh manusia, dan gerakan kerja”[10]
            Mencermati dari pendapat di atas, maka aspek fisik ini sangat penting dan berperan dalam aspek pemenuhan kebutuhan fisik pekerja. Dalam hal ini, Kohar Sulistyadi dan Sri Lisa Susanti (2003: 92) menyatakan bahwa aspak fisik diklasifikasikan menjadi dua bagian, yakni energi tubuh dan beberapa gerakan kerja.
(1)   Energi Tubuh
                Meliputi pembebanan tugas pada pekerja yang seyogyanya disesuaikan dengan konsumsi makanan yang diberikan oleh pekerja. Hal ini menyangkut beberapa pengelompokkan kerja serta kebutuhan energi yang diperkukan pada kriteria sebagai berikut:
            Misalnya, pekerja ringan sekali memerelukan energi 2.400 kalori. Berbeda dengan pekerja ringan yang memerlukan energi sebanyak 2.700 kalori. Jelas pekerja menengah kebutuhannya meningkat menjadi 3.000 kalori dan yang terakhir para pekerja berat tidak dapat menyesuaikan kebutuhan energi kalori dari para pekerja tersebut. Setidaknya, pekerja berat memerlukan energi sebanyak 3.600 kalori.
(2)   Beberapa Gerakan
Selanjutnya, beban kerja yang optimal dilakukan tubuh manusia seyogyanya diterapkan berdasarkan kemampuan organ tubuh secara berimbang.
b.)    Aspek Sosio – Psikologis.
Pinsip-prinsip tata Ruang yang Efektif, menurut Martinez (1990) dan Quible (2001) ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan guna mendesain tata ruang kantor yang efektif,  antara lain:[11]
1.      Menanalisis hubungan antara peralatan, antara informasi dan pegawai dalam arus kerja
2.      Mengondisikabn arus kerja agar bergerak dalam bentuk garis lurus dan memanimalisir kemungkinan terjadinya crisscrossing dan  backtracking
3.      Pegawai maupun tim kerja yang melakukan pekerjaan serupa harus ditempatkan dalam area yang berdekatan.
4.      Pegawai maupun devisi yang berhubungan dengan publik harus ditempatkan berdekatan dengan pintu masuk kantor.
5.      Pegawai maupun tim kerja yang membuthkan konsentrasi harus ditempatkan diruang kerja yang suasananya lebih tenang
6.      Alokasi ruang harus berdasarkan posisi, pekerjaan yang dilakukan dan peralatan khusus yang diperlukan masing-masing individu.
7.      Furnitur dan peralatan haru sesuai dengan kebutuhan
8.      Lorong harus nyaman dan lebar untuk mengantisipasi pergerakan yang efisien dari pekerja
9.      Pertimbangan keamanan harus deberikab prioritas tinggi.
10.  Area terbuka yang besar lebih efisien dibandingkan ruang kecil yang tertutup
11.  Provisi yang tepat bagi pencahayaan, dekorasi, AC, kelembaban da kontrol suara.
12.  Memperhatikan kebutuhan perluasan kantor di masa datang
13.  Pekerjaan harus datang pada pegawai, bukan sebaliknya.

E.     Bentuk dan asas tata ruang Kantor
Layout kantor terkadang ditata melibatkan peran konsultan desain interior kantor, bahkan melibatkan para pegawai. Oleh karena itu para ahli membagi tata ruang kantor secara garis besar ke dalam empat bagaian:
1.      Tata Ruang Kantor Tertutup (private offices)
Tata ruang kantor denagan dengan penempatan ruang kantor yang dipisah/dibagi ke dalam ruang-ruang kerja. Biasanya digunakan untuk pekerjaan dengan kerahasiaan yang tinggi (high confidential). Keuntungan konsep ini dalah pegawai dapat berkonsentrasi dengan baik, rasa bertanggung jawab terhadap ruangan dan pimpinan lebih tenang mengerkaan tugasnya karena tidak terganggu oleh pegawai. Kerugian konsep ini adalah komunikasi langsung antar karyawan tidak lancar, membutuhakn biaya pemeliharaan dan kebersihan ruangan kurang fleksibel bila terjadi perubahan ruangan, serta sulit mengawasi pegawai karena terhalang oleh sekat. Konsep ini banyak di pakai di kantor –kantor pemerintah provinsi, ksbupsten/kota, dan kementrian-kementrian termasuk kementrian agama.[12]
2.      Tata Ruang Kantor terbuka (open-plane-offices)
Tata ruang kantor dengan tata ruangan yang besar dan ditempati beberapa pegawai tanpa dipisah. Keuntungan konsep ini adalah memudahkan dalam pengawasan, komunikasi antar pegawai lebih cepat, memperlancar arus pekerjaan dari satu meja ke meja lainnya tanpa harus mondar-mandir, pengaturan cahaya, warna dan dekorasi, dan memudahkan untuk melakukan perubahan atau renovasi ruangan deangan biaya yang tidak mahal. Kerugian konsep ini adalah timbulnya kegaduhan/kebisingan dari para pegawai yang bersebelahan, kerahasiaan bagi pekerjaan yang rahasia kurang terjamin, tumpukan kertas dan peralatan kerja menimbulkan pemandangan yang kurang menarik dan ketenangan kerja pimpinan lebih terganggu dibanding dengan ruang tertutup. Konsep atau bentuk tata ruang ini banyak dipakai oleh kantor-kantor pemerintah pusat maupun daerah.
3.      Tata Ruang berpanorama (landscape offices)
Tata ruang kantor yang dihiasi oleh taman. Ruangan diupayakan agar memiliki pemandangan alam terbuka dan merupakan benar-benar lingkungan yang nyaman dan menyenangkan. Keuntungan konsep ini adalah pegawai merasa nyaman dan betah bekerja dalam ruangan yang demikian, ketegangan urat syaraf menjadi berkurang dan menambah udara segar karena siang hari tanaman mengeluarkan oksigen yang demikian adalah mahal dan menggunakan tenaga ahli. Konsep ini banyak  dipakai di kantor-kantor Bank, BUMN dan kantor-kantor perusahaan swasta.
4.      Tata ruang kantor bersekat/terpisah (cellular offices)
Tata ruang kantor yanng diberi sekat-sekat denngan ukuran yang bervariatif untuk suatu bidang, bagian, subbagian atau seksi atau beberapa pegawai dengan ruang yang terpisah.[13]
Masih berkaitan tentang tata ruang kantor, apabila ditinjau dari ruang lingkup kantor, maka tata ruang kantor dapat dibedakan dalam beberapa bagian, yaitu:
a.       Tata ruang pribadi (private office )
Tata ruang pribadi digunakan untuk berbagai alasan seperti prestise dan status. Misalnya ruang pimpinan. Selain itu pegawai memerlukan private office apabila membutuhkan ruangan yang sepi dan berkonsentrasi dalam pekerjaan atau pegawai yang bekerja dengan menggunakan alat-alat atau material yang mahal sehingga memerlukan ruangan tersendiri.
b.      Tata Ruang Antar Bagian
1.      General office Area
General office Area lebih banyak disukai dari pada private office. Hal tersebut dilakukan jika:
·         Biaya pembuatan private area diraskan lebih mahal
·         Membutuhkan kemudahan dalam pengawasan secara langsung terhadap bawahan
·         Suatau saat dimungkinkan adanya perubahan lay out.
·         Tidak ingin disulitkan oleh pengturan penerangan, sirkulasi udara, alat komunikasi, meubel, furniture.
·         Keterkaitan pekerjaan pelayanan terhadap administrasi tinggi
·         Adanya asas kbersamaan yang cukup tinggi
·         Adanya asas kebersaaan yang cukup tinggi dan memudahkan
2.      Private office area
Misalnya ruang rapat atau ruang konferensi, ruang tamu, ruang pelayanan dan sebagainya.
3.      Service Area
Biasanya tempat yang kotor atau berisik. Misalnya: ruang dapur, cafe, ruang foto kopi, ruang percetakan dan toilet.
4.      Storage area
Digunakan untuk penyimpanan barang-barang, misalnya untuk penyimpanan bahang-bahang mentah, barang setengah jadi dan ruang arsip.[14]
Terdapat Empat asas pokok dalam tata ruang kantor yang penting untuk diperhatikan, yaitu:
a.       Jarak terpendek
Asas pertama adalah asas tata ruang kantor yang mendisain tempat kerja pegawai dan penempatan alat-alat diletakkan dalam jarak yang dekat dan sependek munngkin, sehingga menyelesaikan prose penyelasaian suatu pekerjaan kantor dapat dilakukan dengan cepat.
b.      Rangkain kerja
Asas yang kedua adalah menempatkan para pegawai dan alat-alat kantor yang akan di gunakan menurut rangkaian yang sejalan dengan urutan-urutan penyelesaian pekerjaan kantor dari pegawai yang bersangkutan.
c.       Penggunaan segenap ruangan yang ada
Asas ketiga adalah asas yang digunakan sepenuhnya semua ruang yang ada. Di kantor jangan dibiarkan ada ruangan yang kosong karena alasan kelebihan ruanngan.
d.       Perubahan susunan tempat kerja
Asas ke empat adalah asas tata ruang yang mudah diubah atau disusun kembali dan perubahannya tidak terlampau sukar serta tidak memakan biaya yang besar.[15]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan












B.     Saran









DAFTAR PUSTAKA

Priansa,Donni junni; Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013),278 hlm

Irra Chrisyanti Dewi, S.Pd.,M.SM.Managemen perkantoran.(Jakarta: Penerbit  PT. Prestasi Pustakaraya,2011),286 hlm

Sukoco,Badri munir. Managemen administrasi perkantoran modern.(Jakarta: Erlangga,2007),231 hlm

Sutalaksana, Ergonomi: Faal Kerja, Prosiding Lokakarya II, Pengengembangan Pengajaran Methods Engineering, Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, (Bandung: Teknik Industri Institut Teknologi Bandung Press, 1995)

Rahmawati.Managemen perkantoran.(Yogyakarta: geraha ilmu,20014),86 hlm
Kamus Besar Bahasa Indonesia.




















[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia.
[2] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm. 112-113
[3] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm. 115-116
[4] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm. 116-117
[5] Irra Chrisyanti Dewi, S.Pd.,M.SM.Managemen perkantoran.(Jakarta: Penerbit  PT. Prestasi Pustakaraya,2011), hlm. 61
[6] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm. 126
[7] Rahmawati.Managemen perkantoran.(Yogyakarta: geraha ilmu, 20014) hlm 63-64
[8] Badri munir Sukoco Managemen administrasi perkantoran modern.(Jakarta: Erlangga,2007) hlm 199-200
[9] Badri munir Sukoco Managemen administrasi perkantoran modern.(Jakarta: Erlangga,2007) hlm 200-201
[10] Sutalaksana, Ergonomi: Faal Kerja, Prosiding Lokakarya II, Pengengembangan Pengajaran Methods Engineering, Laboratorium Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi, (Bandung: Teknik Industri Institut Teknologi Bandung Press, 1995), hlm. 21.
[11] Badri munir Sukoco Managemen administrasi perkantoran modern.(Jakarta: Erlangga,2007) hlm 196
[12] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm. 122-123
[13] Ibid hlm 123
[14] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm. 124
[15] Donni Juni Priansa dan Agus Garnida, Manajemen Perkantoran: Efektif, Efisien, dan Profesional, (Bandung: Penerbit Alfabeta Bandung, 2013), hlm. 125

Tidak ada komentar:

Posting Komentar